Kate Quinn merasa hidup di dalam 'limbo'. Di usia 25 tahun, wanita asal Mooncoin, Co Kilkenny, Irlandia, ini belum pernah merasakan pubertas. Tak menstruasi, payudaranya pun sama sekali tak tumbuh.
Sejak usia 12 tahun, ia sudah menanti masa pubertas layaknya gadis seusianya. Bertahun-tahun menunggu, cemasnya pun berubah menjadi duka tak berujung. "Semakin lama, rasanya semakin buruk," ujarnya, seperti dikutip Daily Mail.
Sejumlah pengobatan ia coba. Tujuh tahun terakhir, ia rutin menjalani terapi suntik hormon untuk merangsang hormon estrogen yang memengaruhi pubertasnya. Tapi hasilnya, nihil.
Sekitar dua tahun, dokter mendiagnosisnya menderita Caudal Regression Syndrome (CRS), kondisi langka yang membuatnya tak mengalami pubertas. Penyakit ini diperkirakan hanya menipa satu dari setiap 25.000 orang di dunia. Ia bahkan yakin menjadi satu-satunya penderita di negaranya.
Tim dokter tak bisa mengungkap penyebab sakit itu. Mereka hanya mengatakan bahwa penyakit itu membuat hormon di tubuhnya tak bekerja dengan normal. Selain mengganggu pubertas, penyakit itu juga membuat pertumbuhan tulangnya tak sempurna.
Sejumlah pengobatan yang cukup menyita waktu membuat kehidupannya semakin sulit. Ia tak bisa mengenyam pendidikan formal, pun mendapat pekerjaan stabil.
Setelah menutup diri selama bertahun-tahun dari lingkungan sekitar, Quinn kini mulai muncul di sejumlah media. Ia berharap keterbukaan akan mempertemukannya dengan pakar kesehatan yang bisa membantunya keluar dari masalah.
Sejak usia 12 tahun, ia sudah menanti masa pubertas layaknya gadis seusianya. Bertahun-tahun menunggu, cemasnya pun berubah menjadi duka tak berujung. "Semakin lama, rasanya semakin buruk," ujarnya, seperti dikutip Daily Mail.
Sejumlah pengobatan ia coba. Tujuh tahun terakhir, ia rutin menjalani terapi suntik hormon untuk merangsang hormon estrogen yang memengaruhi pubertasnya. Tapi hasilnya, nihil.
Sekitar dua tahun, dokter mendiagnosisnya menderita Caudal Regression Syndrome (CRS), kondisi langka yang membuatnya tak mengalami pubertas. Penyakit ini diperkirakan hanya menipa satu dari setiap 25.000 orang di dunia. Ia bahkan yakin menjadi satu-satunya penderita di negaranya.
Tim dokter tak bisa mengungkap penyebab sakit itu. Mereka hanya mengatakan bahwa penyakit itu membuat hormon di tubuhnya tak bekerja dengan normal. Selain mengganggu pubertas, penyakit itu juga membuat pertumbuhan tulangnya tak sempurna.
Sejumlah pengobatan yang cukup menyita waktu membuat kehidupannya semakin sulit. Ia tak bisa mengenyam pendidikan formal, pun mendapat pekerjaan stabil.
Setelah menutup diri selama bertahun-tahun dari lingkungan sekitar, Quinn kini mulai muncul di sejumlah media. Ia berharap keterbukaan akan mempertemukannya dengan pakar kesehatan yang bisa membantunya keluar dari masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar