"Bisa saja kerugiannya lebih dari Rp270,17 miliar. Ini dilihat dari tingkat kerusakan yang diakibatkan peristiwa kemarin," ujar Ketua DTKJ Azas Tigor Nainggolan, saat dihubungi wartawan, Jumat (6/1/2012).
Perincian kerugian tersebut menurut Tigor dihitung dari jumlah BBM yang dihabiskan kendaraan akibat kemacetan. Selain itu kerugian juga dihitung berdasarkan kerusakan yang diderita oleh kendaraan akibat hujan badai tersebut.
"Ada sekitar 5 juta mobil yang berada di seluruh jalur jalan raya di DKI Jakarta. Sehingga bila satu mobil harus mengeluarkan dana Rp 54 ribu untuk 12 liter bensin, maka 5 juta mobil akan menghabiskan dana Rp 270 miliar untuk membeli 12 liter per kendaraan. Ditambah lagi harus membayar kerusakan mobil dan motor yang terkena pohon tumbang," terangnya.
"Ditambah dengan pihak asuransi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta harus membayar asuransi sebesar Rp 170 juta untuk 17 kendaraan bermotor yang rusak tersebut," tambahnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi mengenai prediksi kerugian yang ditimbulkan akibat peristiwa hujan badai, Asisten Sekretaris Daerah DKI bidang Perekonomian, Hasan Basri Saleh, menegaskan hingga kini pihaknya belum dapat menghitung berapa tepatnya kerugian yang timbul dari peristiwa tersebut.
"Kami belum mendapatkan data pastinya. Namun, kerugian itu pastinya diakibatkan karena kemacetan lalu lintas, kendaraan bermotor yang rusak serta beberapa fasilitas umum yang rusak tertimpa pohon atau patahan ranting," kata Hasan.
Menurutnya, sekarang ini yang penting tidak melihat berapa besar kerugiannya, namun yang lebih penting mencermati fenomena cuaca yang saat ini memasuki saat-saat yang ekstrim. Sehingga dapat membahayakan system services city atau sistem pelayanan kota.
"Oleh karena itu, untuk bisa menangani permasalahan seperti kemaren, pendekatannya dilakukan dalam perencanaan pembangunan harus dirubah. Yaitu harus memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan potensi disaster atau bencana dalam suatu kota," paparnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar