Seekor ikan raksasa yang ditemukan terdampar di DAS Sungai Sibulangbulang, Tanjung Pinggir, Siantar Martoba, Minggu (11/6), membuat warga bertanya-tanya karena baru sekali itu melihatnya.
Berdasarkan amatan Tribun, ikan ini mirip dengan ikan prehistorik, Araipama, yang berasal dari Sungai Amazon, Amerika Selatan. Ikan yang punya panjang sekitar satu setengah meter dan bobot 50 Kg ini punya ciri khas ikan pra sejarah seperti Coelacant yang ekornya pendek dan berisi daging padat.
Dengan kepala sebesar kepala orang dewasa, sisik hitam, perut putih, dan bagian bawah bersemburat merah yang membuat ikan ini mirip arwana, makhluk air ini dianggap aneh oleh warga. Untuk menarik perhatian, seorang laki-laki berteriak-teriak bahwa ini adalah ikan keturunan buaya.
"Sungai sekecil itu kok bisa ada ikan sebesar ini," kata Pansur Sinaga warga Tanjung Pinggir yang kamar mandi di belakang rumahnya dipakai untuk memajang ikan itu. "Ada yang bilang ikan gabus. Tapi, kalau gabus kan punya gigi," tambah Pansur.
Ikan ini pertama kali ditemukan Lela Siregar, murid SMUN 2 Pematangsiantar dan ketiga temannya sekitar pukul 11 siang. Melihat ikan besar berwarna dominan hitam dan semburat merah di bagian ekor itu, Lela langsung mengadu ke orang dewasa yang ia kenal. Menurut Pansur, saat ditemukan pertama kali, makhluk itu masih menggelapar di sekitar tangkahan batu tersebut. Namun, ketika dirinya dan rekan-rekan lain akan mengangkat, ikan sudah sekarat. Setelah diangkut dengan becak ke rumah Pansur, ikan itu pun mati.
Sampai dengan tulisan ini dibuat warga masih berdatangan ke tempat ikan dipamerkan. Padahal rencananya, Pansur dan kawan-kawan akan menguburkan ikan sekitar pukul 6 sore. "Yah, mau bagaimanalah. Takutnya banyak yang kecewa," katanya.
Setiap warga yang ingin melihat dipungut biaya Rp 1.000. "Seribu saja, Bang. Untuk biaya kebersihan," kata seorang pria yang berdiri di pintu masuk.
Ketika ditanya apakah pihaknya akan melaporkan ikan temuannya ini ke Dinas Pertanian dan Peternakan Pematangsiantar untuk diidentifikasi dan diinfentarisasi, Pansur mengaku mereka belum membahasnya. "Ada bagusnya juga memang seperti itu. Tapi, saya kan tidak bisa mengambil keputusan sendiri tentang mau diapakan ikan ini," katanya.
Sensasi ikan raksasa temuan Lela Siregar, warga Tanjung Pinggir, Siantar Martoba, Sumatera Utara ternyata belum habis.
Sejak diangkut dari Sungai Sigulanggulang, Sabtu siang (12/6/2011) kemarin, ikan yang panjangnya sekitar 1,5 meter dan berbobot hampir 40 Kg ini terus dipajang sampai dini hari.
“Kemarin kami dapat Rp 3 Juta,” kata Simatupang, salah satu warga yang jadi panitia dadakan pertunjukan ikan raksasa itu. Pengunjung dikutip Rp 1.000 per kepala jika ingin melihat ikan mati yang diletakkan di kamar mandi rekannya, Pansur Saragih.
Sesudah dipajang setengah hari penuh, pukul 12 malam, Simatupang dan teman-temannya memutuskan untuk mengubur ikan tersebut di belakang rumah Pansur. Mereka memperlakukan bangkai ikan tersebut dengan hati-hati dan membungkusnya dengan kain putih.
Lima belas menit setelah dikubur, keluarga Sinaga yang tinggal tidak begitu jauh dari kediaman Pansur datang dan meminta ikan tersebut.
“Mereka bilang ikan itu namboru (bibi, red) mereka. Kami dikasih sirih sebagai tanda permintaan,” kata Pansur. Karena merasa sedang berurusan dengan kehormatan leluhur orang lain, ia pun merelakan kuburan ikan digali. Ikan raksasa pun berpindah ke rumah Maju Sinaga.
Ikan diletakkan di sebuah ranjang yang rapi, dengan mangkok berisi beras, telur ayam, dan jeruk purut di sampingnya. Seorang perempuan tua melarang orang-orang yang ingn mengabadikan ikan tersebut. “Tidak bisa lagi difoto. Sudah diadati,” katanya.
Maju Sinaga mengatakan, Senin dini hari (12/6/2011) keluarganya akan membawa ikan tersebut ke kampung mereka di Kecamatan Mogang, Samosir.
Nantinya ikan ini akan dilarungkan ke Danau Toba supaya bisa kembali ke hadapan namboru mereka. Di Mogang, katanya, sudah akan ada sanak saudara yang menyambut.
Keluarga Sinaga rupanya percaya ikan ini adalah sampan bagi leluhur mereka itu. “Saudara kami di datangi namboru di dalam mimpinya tiga hari sebelum ikan itu ditemukan. Namboru menyuruh kami mencari solu-nya (sampan) yang hanyut,” kata seorang perempuan muda kerabat Maju Sinaga.
Maju Sinaga mengaku tidak perduli jika orang lain menganggap aneh perlakuan mereka terhadap si ikan raksasa. “Biarlah orang menganggap orang aneh. Ini kepercayaan kami. Memang sudah sejak dulu begini,” katanya.
Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan dan Perikanan Lubuk Pakam Nurmatias yakin ikan yang ditemukan di Sungai Sigulang-gulang adalah ikan Arapaima seperti yang pernah dilihatnya di Restoran Lembur Kuring, Medan. “Betul itu ikan dari Amazon,” kata Nurmatias ketika dihubungi lewat telepon, Minggu (12/6/2011).
Menurut pengajar yang biasa dipanggil Tias ini, sisik ikan tersebut menandakan habitatnya adalah di perairan yang tenang. Jadi tidak mungkin ikan ini berasal dari Sungai Sigulang-gulang yang berarus deras itu.
Lagi pula, berdasarkan pengalamannya, tidak pernah dijumpai ikan seperti itu di Indonesia. Paling tidak di perairan Sumatera. Model fisik yang tidak tidak mirip spesies ikan dari Sumatera menunjukkan makhluk ini bukan hasil peranakan dan masih asli dari daerah asalnya.
Kemungkinannya, kata Tias, ikan ini adalah peliharaan seorang hobiis yang akuariumnya tidak muat lagi atau sudah tidak menginginkannya. “Mungkin ikannya tidak cantik lagi atau warnanya sudah pudar lagi. Mau dimakan sayang. Makanya dibuang” ujarnya
Melihat perut ikan yang sudah lembek, dosen luar biasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera ini, memperkirakan ikan telah mati empat atau lima jam sebelum ditemukan warga. Ikan raksasa ini kemungkinan sakit dan akhirnya tidak mampu melawan arus lalu terseret.
Berdasarkan amatan Tribun, ikan ini mirip dengan ikan prehistorik, Araipama, yang berasal dari Sungai Amazon, Amerika Selatan. Ikan yang punya panjang sekitar satu setengah meter dan bobot 50 Kg ini punya ciri khas ikan pra sejarah seperti Coelacant yang ekornya pendek dan berisi daging padat.
Dengan kepala sebesar kepala orang dewasa, sisik hitam, perut putih, dan bagian bawah bersemburat merah yang membuat ikan ini mirip arwana, makhluk air ini dianggap aneh oleh warga. Untuk menarik perhatian, seorang laki-laki berteriak-teriak bahwa ini adalah ikan keturunan buaya.
"Sungai sekecil itu kok bisa ada ikan sebesar ini," kata Pansur Sinaga warga Tanjung Pinggir yang kamar mandi di belakang rumahnya dipakai untuk memajang ikan itu. "Ada yang bilang ikan gabus. Tapi, kalau gabus kan punya gigi," tambah Pansur.
Ikan ini pertama kali ditemukan Lela Siregar, murid SMUN 2 Pematangsiantar dan ketiga temannya sekitar pukul 11 siang. Melihat ikan besar berwarna dominan hitam dan semburat merah di bagian ekor itu, Lela langsung mengadu ke orang dewasa yang ia kenal. Menurut Pansur, saat ditemukan pertama kali, makhluk itu masih menggelapar di sekitar tangkahan batu tersebut. Namun, ketika dirinya dan rekan-rekan lain akan mengangkat, ikan sudah sekarat. Setelah diangkut dengan becak ke rumah Pansur, ikan itu pun mati.
Sampai dengan tulisan ini dibuat warga masih berdatangan ke tempat ikan dipamerkan. Padahal rencananya, Pansur dan kawan-kawan akan menguburkan ikan sekitar pukul 6 sore. "Yah, mau bagaimanalah. Takutnya banyak yang kecewa," katanya.
Setiap warga yang ingin melihat dipungut biaya Rp 1.000. "Seribu saja, Bang. Untuk biaya kebersihan," kata seorang pria yang berdiri di pintu masuk.
Ketika ditanya apakah pihaknya akan melaporkan ikan temuannya ini ke Dinas Pertanian dan Peternakan Pematangsiantar untuk diidentifikasi dan diinfentarisasi, Pansur mengaku mereka belum membahasnya. "Ada bagusnya juga memang seperti itu. Tapi, saya kan tidak bisa mengambil keputusan sendiri tentang mau diapakan ikan ini," katanya.
Sensasi ikan raksasa temuan Lela Siregar, warga Tanjung Pinggir, Siantar Martoba, Sumatera Utara ternyata belum habis.
Sejak diangkut dari Sungai Sigulanggulang, Sabtu siang (12/6/2011) kemarin, ikan yang panjangnya sekitar 1,5 meter dan berbobot hampir 40 Kg ini terus dipajang sampai dini hari.
“Kemarin kami dapat Rp 3 Juta,” kata Simatupang, salah satu warga yang jadi panitia dadakan pertunjukan ikan raksasa itu. Pengunjung dikutip Rp 1.000 per kepala jika ingin melihat ikan mati yang diletakkan di kamar mandi rekannya, Pansur Saragih.
Sesudah dipajang setengah hari penuh, pukul 12 malam, Simatupang dan teman-temannya memutuskan untuk mengubur ikan tersebut di belakang rumah Pansur. Mereka memperlakukan bangkai ikan tersebut dengan hati-hati dan membungkusnya dengan kain putih.
Lima belas menit setelah dikubur, keluarga Sinaga yang tinggal tidak begitu jauh dari kediaman Pansur datang dan meminta ikan tersebut.
“Mereka bilang ikan itu namboru (bibi, red) mereka. Kami dikasih sirih sebagai tanda permintaan,” kata Pansur. Karena merasa sedang berurusan dengan kehormatan leluhur orang lain, ia pun merelakan kuburan ikan digali. Ikan raksasa pun berpindah ke rumah Maju Sinaga.
Ikan diletakkan di sebuah ranjang yang rapi, dengan mangkok berisi beras, telur ayam, dan jeruk purut di sampingnya. Seorang perempuan tua melarang orang-orang yang ingn mengabadikan ikan tersebut. “Tidak bisa lagi difoto. Sudah diadati,” katanya.
Maju Sinaga mengatakan, Senin dini hari (12/6/2011) keluarganya akan membawa ikan tersebut ke kampung mereka di Kecamatan Mogang, Samosir.
Nantinya ikan ini akan dilarungkan ke Danau Toba supaya bisa kembali ke hadapan namboru mereka. Di Mogang, katanya, sudah akan ada sanak saudara yang menyambut.
Keluarga Sinaga rupanya percaya ikan ini adalah sampan bagi leluhur mereka itu. “Saudara kami di datangi namboru di dalam mimpinya tiga hari sebelum ikan itu ditemukan. Namboru menyuruh kami mencari solu-nya (sampan) yang hanyut,” kata seorang perempuan muda kerabat Maju Sinaga.
Maju Sinaga mengaku tidak perduli jika orang lain menganggap aneh perlakuan mereka terhadap si ikan raksasa. “Biarlah orang menganggap orang aneh. Ini kepercayaan kami. Memang sudah sejak dulu begini,” katanya.
Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan dan Perikanan Lubuk Pakam Nurmatias yakin ikan yang ditemukan di Sungai Sigulang-gulang adalah ikan Arapaima seperti yang pernah dilihatnya di Restoran Lembur Kuring, Medan. “Betul itu ikan dari Amazon,” kata Nurmatias ketika dihubungi lewat telepon, Minggu (12/6/2011).
Menurut pengajar yang biasa dipanggil Tias ini, sisik ikan tersebut menandakan habitatnya adalah di perairan yang tenang. Jadi tidak mungkin ikan ini berasal dari Sungai Sigulang-gulang yang berarus deras itu.
Lagi pula, berdasarkan pengalamannya, tidak pernah dijumpai ikan seperti itu di Indonesia. Paling tidak di perairan Sumatera. Model fisik yang tidak tidak mirip spesies ikan dari Sumatera menunjukkan makhluk ini bukan hasil peranakan dan masih asli dari daerah asalnya.
Kemungkinannya, kata Tias, ikan ini adalah peliharaan seorang hobiis yang akuariumnya tidak muat lagi atau sudah tidak menginginkannya. “Mungkin ikannya tidak cantik lagi atau warnanya sudah pudar lagi. Mau dimakan sayang. Makanya dibuang” ujarnya
Melihat perut ikan yang sudah lembek, dosen luar biasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera ini, memperkirakan ikan telah mati empat atau lima jam sebelum ditemukan warga. Ikan raksasa ini kemungkinan sakit dan akhirnya tidak mampu melawan arus lalu terseret.
sumber: tribunnews.com
Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan air tawar terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan. Ikan Arapaima dapat tumbuh maksimal sepanjang 3 meter dan berat 200 kilogram. Saat ini sudah sangat jarang terdapat arapaima yang berukuran lebih dari 2 meter karena ikan ini sering ditangkapi untuk dikonsumsi penduduk atau diekspor ke negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar